Kamis, 25 Agustus 2011

DUNIA, DIMANA ENGKAU LETAKKAN ?

Dunia dan isinya akan senantiasa manis dan indah dalam pandangan manusia. Bagi sebagian besar orang, mendapatkan berbagai kesenangan hidup di dunia merupakan agenda utama dalam kehidupannya. Istri yang cantik, anak yang membanggakan, banyak uang dan mudah mendapatkannya, rumah mewah milik sendiri, mobil berkelas, mempunyai jabatan yang tinggi, menjadi tokoh terkenal dan dihormati orang banyak orang. Itulah kesenangan hidup di dunia dimana orang-orang berlomba-lomba sibuk mencarinya. Menikmati kesenangan hidup dunia ibarat air garam di lautan, tidak akan pernah hilang rasa dahaga bagi para peminumnya. Semakin banyak kita minum maka semakin hebat rasa kehausan, semakin kita terlena dengan kenikmatan dunia ini maka semakin menggila kita dalam memburunya. Seperti yang pernah disampaikan Rasulullah SAW, jika seseorang itu mempunyai emas sebanyak satu lembah tentu ia menginginkan emas satu lembah lagi, dan tidak akan puas seseorang hingga tanah menyumbat mulutnya (artinya kematian menghampirinya).
Penyakit hubbun dunya atau cinta teramat berat dengan kesenangan dunia seperti di atas tentu bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Untuk mendapatkannya pun kadang dilakukan dengan segala cara. Bahkan momentum, 1 Syawal yang mestinya digunakan untuk berbenah diri, melanjutkan kehidupan dengan penuh spirit kesucian setelah satu bulan berpuasa, justru dijadikan sarana berbangga diri, unjuk kekayaan, pamer harta hingga demonstrasi kepemilikan di hadapan sanak saudara, perkumpulan trah ataupun di depan para keluarga. Maka patutlah direnungkan firman Allah:

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbagga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadiid 57: 20)



Ya, itulah kesenangan yang menipu. Menipu semua orang yang memperturutkan hawa nafsunya, mengelabui mereka yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, hatta zur tumul maqaabir. Sampai tiba-tiba tak terasa dirinya masuk liang kubur dan di akhirat ia tak mendapatkan bagian apapun. Lantas, apakah kita tidak boleh menikmati kesenangan dunia..??? Apakah kita juga dilarang menjadi kaya..??? Bagaimana dengan hal ini..??? Tentu tidak serta merta begitu. Sewajarnya sebagai seorang manusia kita juga menginginkan kesenangan itu, namun cinta kita kepada dunia haruslah kita letakkan dibawah cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan cinta berjuang untuk tegaknya agama Allah di muka bumi (QS. Attaubah 9:24). Ringkasnya, semua yang berkaitan dengan urusan dunia muaranya adalah untuk kepentingan Allah, Rasul-Nya dan Jihad fii sabilillah. Tengoklah bagaimana kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabat, diantara mereka banyak terdapat orang-orang kaya harta. Namun, kehidupan mereka penuh kezuhudan, selalu dalam ketaatan, tak pernah hidup dalam kemewahan, glamour, dan bermegahan. Hidup dan kehidupannya pun didedikasikan semata-mata mencari keredhaan Allah.
Berbeda dengan orang-orang kafir yang selalu memandang indah kehidupan dunia dan memandang hina orang-orang beriman. Kesuksesan hidup dilihat dari materi yang nampak dan melekat secara dhahir di depan pelupuk matanya. Firman Allah:

Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang beriman. Padahal orang-orang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. Al-Baqarah 2:212)

Dan juga sabda Rasulullah SAW:

Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang rakus dan sombong, seperti keledai di siang hari dan dan bangkai di malam hari, ahli (pandai) dalam urusan-urusan duniawi, namun bodoh dalam urusan-urusan akhirat. HR. Al-Baihaqi.

Rakus, sombong dan congkak. Hampir-hampir tiap saat dan waktu digunakannya untuk mencari tambahan harta, tidak satu detikpun dilewatkan untuk berfikir bagaimana agar usahanya bisa berkembang. Memandang orang lain yang fakir sebagai golongan yang hina. Menganggap bahwa rezeki yang didapatkan adalah hasil kepandaiannya bukan pemberian Allah. Seperti bangkai di malam hari, yakni: tidak pernah shalat malam, beristighfar ataupun tilawah quran di sepertiga malam terakhir. Asyik tidur mendengkur namun segera terbangun apabila untuk menyaksikan pertandingan bola yang disenanginya.
Seperti keledai di siang hari, yakni: terus menerus bekerja tanpa lelah dari sebelum terbit matahari hingga tengah malam. Rasulullah SAW menyerupakan orang seperti itu dengan keledai; karena keledai merupakan hewan yang kuat, tenaganya untuk bekerja sepanjang hari. Dari pabrik satu ke pabrik yang lain, bekerja tanpa henti, sikil nggo sirah- sirah nggo sikil (dalam bahasa jawa), membanting tulang di pasar-pasar, instansi, universitas dan perusahaan-perusahaan. Demikianlah kegiatan rutinnya, seperti keledai di siang hari. Dari waktu ke waktu terus bekerja. Ia sangat ahli dan pandai dalam soal dunia. Tapi tanyakan kepada mereka para pengusaha sukses itu, para doktor dan profesor itu, kepada para pejabat sipil maupun perwira keamanan itu, bisakah mereka membaca dengan benar satu ayat saja pada mushaf Al-Qur’an yang diletakkan di hadapannya. Tanyakan kepada mereka, berapa ayat atau surah Al-Qur’an yang telah mereka hapal? Tanyakan kepada mereka, sanggupkah kalian menjadi imam shalat? Jika hal itu saja tidak sanggup dilakukan maka mereka benar-benar bodoh dan lalai terhadap urusan akhirat. Belum lagi pertanyaan, berapa persen waktu yang anda gunakan untuk belajar masalah aqidah, hukum dan fiqih dalam ibadah..? Berapa besar kontribusi anda untuk perjuangan tegaknya Islam..? Jika mereka hanya terbengong akan pertanyaan ini maka inilah penyakit terganas di muka bumi, karena orang-orang seperti inilah masyarakat menjadi lemah, tak berubah, semakin jauh dari petunjuk Allah. Na’udzubillahi min dzaalik.

Fadlun Amin, S.Si, M.A.
- Anggota Majelis Tabligh PRM Pandeyan
- Anggota LAZIZ PWM DIY

0 komentar:

 
© Copyright by PRM Pandeyan  |  Template by Blogspot tutorial